25 April 2009

Pertanian Organik

Meningkatkan Keselarasan Antara Petani dan Konsumen

Sistem pertanian konvensional ( pertanian berbasis penggunaan bahan kimia sintetis ), bukan hanya berakibat merusak keseimbangan alam, juga berakibat hubungan antara petani dan konsumen semakin menjauh. Hal ini dikarenakan para petani sendirilah yang menutupi bagaimana proses hasil pertanian yang mereka lakukan kepada para konsumen. Mengapa demikian? Selain hal di luar “kerahasiaan” suatu tekhnik bertani ataupun hal-hal lainnya, para petani sendiri sebenarnya mereka tahu bahwa mereka secara sengaja atupun tidak sengaja telah “meracuni” konsumennya melalui hasil pertanian yang mereka hasilkan.

Dengan kata lain “ Yang Penting Baik Dilihat dan Harga Tinggi “, mereka tidak peduli lagi bahkan dengan menghalalkan berbagai cara apakah yang mereka hasilkan sebenarnya merugikan petani sendiri, keluarganya, konsumen, maupun lingkungannya seperti hewan-hewan yang sebenarnya berhak mendapat bagian di bumi ini. Mereka juga tidak peduli lagi siapa yang akan mengkonsumsinya, apakah itu balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, orang tua, pasien yang sakit. Seperti contoh : Seorang pasien yang mengalami penyakit kanker ( yang sebenarnya bila mengkonsumsi secara terapi produk-produk organik akan pulih kembali, bila masih keadaan tahap ringan ataupun tahap medium bahkan mungkin tahap kronis ), dianjurkan oleh dokternya itu untuk banyak mengkonsumsi sayuran dan buah – buahan.

Pasien itu tidak tahu kalau sayuran dan buah-buahan yang mereka konsumsi itu mengandung residu kimia / logam berat misalkan unsur timbal, merkuri, dsb (unsur tsb bagaimanapun tidak akan lenyap walaupun telah dicuci, dimasak, direbut, atau dengan proses lain sebagainya dan unsur tersebutlah penyebab penyakit yang kanker yang dideritanya ), yang justru akan menjadi bumerang yang berbahaya untuk pasien tsb. Jika dilihat dari kenyataan dan fakta di lapangan, tidak bisa lagi dipungkiri secara otomatis sistem “KETIDAKJUJURAN” terbentuk. Begitu pula sebaliknya konsumenpun semakin tidak peduli mengenai proses produksi dan dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, maupun kesejahteraan manusia. Bahkan para petanipun merasakan bahwa konsumen semakin tidak merasa tidak bermoral ketika mengkonsumsi produk pertanian yang dijual petani dengan modal kerja keras dan linangan air mata, padahal petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga jauh di bawah produksi. Hubungan selaras yang semula dibangun antara petani dan konsumen “ Rusak “ begitu saja.

Lain halnya dengan pertanian organik ( Pertanian yang mengedepankan keselasaran lingkungan, demi melindungi kesehatan dan generasi mendatang ). Para petani organik secara tidak langsung akan bangga untuk menunjukan proses kerjanya kepada konsumennya. Mereka tidak akan menutupi proses produksi kepada konsumennya. Karena mereka tahu, proses pertanian yang mereka lakukan tidak “meracuni” konsumennya, bahkan mereka secara tidak langsung menolong sesama dan juga menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Secara otomatis sistem “KESETIAAN, KEJUJURAN, KEHORMATAN, KASIH SAYANG & INTEGRITAS” akan terbentuk. Dengan sendirinya konsumen akan lebih “bermoral” sebab mereka sedikitnya tahu betapa keras dan dengan jerih payahnya para petani bekerja untuk memproses suatu hasil pertanian dan juga mereka tahu bahwa petani sangat berjasa bagi kelangsungan hidup dan kesehatan mereka. Dengan demikian hubungan keselarasan antara petani dan konsumen pasti akan terbentuk.

Penulis : Peneliti Masalah Pertanian Organik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar